Nah, selain Dokter Tanpa Stigma, gw juga tergabung dalam Komunitas Perempuan Berkisah. Monggo yang belum tahu Perempuan Berkisah itu apa, boleh banget mampir ke instagramnya!
Gw gabung di Perempuan Berkisah ini hampir bersamaan waktunya dengan gw melahirkan DoTS. Gw ceritain dulu ya.
Jadi saat gw psikoterapi untuk mengatasi PTSD gw, salah satunya gw diminta untuk menyusun planning selama 1 tahun ke depan, gw ingin jadi manfaat yang seperti apa dan gw harus breakdown jadi rencana2 kecil per bulan apa yang harus gw lakukan untuk mencapai hal itu. Gw ingin jadi manfaat di bidang pemberdayaan perempuan. Nah salah satu plannya adalah setiap bulan gw akan ikutin 1 kegiatan perempuan dan di kegiatan itu gw bertekad harus memberanikan diri untuk berkenalan dengan salah satu orang yang berperan di sana.
Plan ini start gw jalankan bulan November 2018. Kebetulan banget bertepatan dengan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, yang acaranya adalah festival film selama 16 hari berturut2. Gw seneng2 aja karena gw suka nonton film. Pas banget deh, acara pertama berdasarkan plan gw, n gw suka, jadi prospek bagus, alamat gak drop out di tengah jalan. Jadi gw hampir tiap hari tu ikutin acara itu, pokoknya kalo gw lowong, gw pasti ikut.
Di salah satu acara nonton itu, gw inget waktu itu di Cine Space di Gading Serpong, gw kenalan sama aktivis HIV AIDS dan aktivis keragaman gender namanya Kak Yatna dan Kak Febry. Dari Kak Yatna, gw diajak ke suatu acara diskusi, masih dalam rangka 16 HAKTP di salah satu coworking space di Jakarta.
Nah, di acara itulah gw kenalan sama Kak Mutiara Prohoeman. Beliau ada founder dari Komunitas Save Janda. Dari beliau ini lah, gw masuk ke circle feminis. Saat gw approach gw sangat deg2an, tapi ternyata beliau sangat welcome, trus doi masukin gw ke WAG Save Janda dan wow wow wow di sana gw kenalan sama buwanyak banget orang2 ketjeh!
Salah satunya Mbak Alimah. Beliau ini lah founder Perempuan Berkisah. Bu Bos.
Di suatu hari tanpa panas tanpa mendung, Mbak Alimah curcol di grup itu “Ada banyak banget kisah yang masuk ke email PB. Seandainya ada yang bisa bantu mengedit kisahnya.” Gw baca chat itu, langsung gw japri Mbak Alimah. Gw bilang gw siap bantu.
Ternyata bukan cuma gw yang japri belio š¤£š¤£ maka jadilah kita tim redaksi PB.
Gw sangat sangat enjoy gabung di tim PB. Buat gw, PB sangat sejalan dengan nilai pribadi gw yaitu lebih mengutamakan support, edukasi dan pilihan bebas seseorang ketimbang beradu argumen dengan entah siapa yang gak sejalan dengan gerakan feminisme. Banyak kan orang yang gak suka sama feminis dan feminisme.
Dan again, gw belajar buwanyak banget hal dari PB. PB bukan hanya membuka pikiran gw tentang gerakan perempuan tapi juga membuka network gw untuk jaringan yang lebih besar lagi di dunia feminisme muda di Indonesia. Mbak Alimah sangat terbuka dan sangat supportif untuk semua perjuangan2 pribadi kita yang ada di tim, beliau gak egois, bahkan sangat apresiatif dengan isu2 yang kita usung. Jadi DoTS juga sangat banyak banget dipromosiin sama PB, sebagian besar follower DoTS keknya dari PB deh, hehehe.
Nah dari network PB inilah, gw kenalan lagi sama banyak banget komunitas dan gerakan2 yang menurut gw keren2 banget, bahkan mayoritas diinisiasi oleh anak muda, yang menurut gw superbly awesome! Dan network inilah yang kemudian menolong gw juga membesarkan DoTS. Ada Seribu Tujuan yang menelorkan Reprodukasi, ada Anastasia Satriyo dengan jejaringnya yang luar biasa banget, Akar Indonesia yang fokus di isu remaja, PKBI yang juga ternyata aktif edukasi anak muda, juga ada Biyung si produsen pembalut kain (soal Biyung gw ceritain lagi di artikel berikutnya yah), dll dll dll dll.
Jadi sekarang gw bisa bilang uda 70-80% jejaring pertemanan gw berubah. Sekarang hampir semua temen2 gw adalah orang2 yang dekat dengan isu perempuan, kesehatan mental, dan gitu2lah, u know. Dan somehow sekarang gw menyadari temen2 gw yang gak tune in dengan isu itu tergeser dengan sendirinya. Atau temen2 yang gak mau bergeser, akhirnya sekarang mulai aware dengan isu2 yang gw sering angkat di sosmed gw.
So my life is totally different right now than say 3 years ago. Feels like having a whole new life, but not totally new. I’m still the same person, still crazy, still idiotic, but I’m also different now, very different. Ngerti gak? Same different, gitu lha.
Yah inilah kehidupan. Mudah dibolak-balikkan. Gak bisa diprediksi, gak bisa direncanakan. Intinya gw bersyukur dengan semua orang yang gw kenal dan pernah gw temui sepanjang hidup gw, termasuk semua orang yang mengantarkan gw pada kehidupan gw yang sekarang. Orang2 yang dulu gw gak tau ngapain sih lu ada di hidup gw njing, tapi sekarang gw tau, mereka mampir untuk mengantar gw ke sini, ke hidup gw yang sekarang.
So I kinda like my life now, di tengah ketidaksukaan gw pada konsep kehidupan itu sendiri. Life is a purposeless dan meaningless journey for me, but still a journey after all. And the people surrounding you, walking with you through this journey, is always worth to be mentioned.
Perempuan Berkisah, you are one of those people.
“So I kinda like my life now, di tengah ketidaksukaan gw pada konsep kehidupan itu sendiri. Life is a purposeless dan meaningless journey for me, but still a journey after all. And the people surrounding you, walking with you through this journey, is always worth to be mentioned. ”
Uh…..those are as awesome statements!
LikeLike